Astronout VS Kosmonout
Cerita ini memang kisah lama. besar kemungkinan sudah ada yang pernah baca. tapi tetap saja ada kemungkinan ada yang belum pernah baca. terlepas dari apakah ini kisah nyata atau tidak, yang pasti ada sesuatu yang bisa kita petik dari sini.
Kisah ini terjadi pada awal masa penjelajahan antariksa oleh umat manusia. sebuah awal yang akhirnya dapat membuktikan secara visual bahwa bumi yang kita pijak ini berbentuk bulat. Kita semua tentu tahu, bahwa pada masa tersebut terdapat 2 kekuatan adidaya yang berusaha saling mengungguli, termasuk di bidang antariksa. Satu disebut astronot, sementara yang lain disebut kosmonout.
Ketika manusia telah berhasil dikirim sampai menembus keluar lapisan stratosfer bumi, sampai ke sebuah tempat dimana manusia berhasil lepas dari grafitasi bumi, timbul sebuah masalah kecil, kecil sekali, namun cukup vital. Manusia di tempat tersebut tidak bisa menulis dengan alat tulis biasa. iya, menulis dengan alat tulis biasa. kesimpulan sementara adalah karena tidak adanya grafitasi. tanpa grafitasi, tinta yang berada di dalam pipa pena tidak bisa keluar. sang astronot maupun kosmonout kebingungan, karena bagaimana mereka bisa membuat laporan tanpa alat tulis. menggunakan komputer juga mereka belum terbiasa.
Akhirnya para antariksawan turun ke bumi, lalu kembali ke pangkalan masing-masing dengan isi pikiran yang sama “aku harus lebih dulu bisa menulis di antariksa dibandingkan sainganku”. Dan tiap tim segera bekerja keras mencari solusinya.
Sang astronot dan timnya segera melalukan sebuah penelitian yang menggunakan dana luar biasa besar. mereka bahkan mendirikan sebuah ruangan tanpa grafitasi untuk menguji apakah alat tulis temuan mereka dapat benar-benar digunakan di tempat ber-grafitasi nol. penelitian ini memakan waktu cukup lama, dan tentu dengan biaya yang semakin besar. Sampai pada akhirnya mereka dapat dengan bangga menggelar konferensi pers untuk mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menemukan pena yang bisa digunakan di tempat ber-grafitasi nol, termasuk antariksa. berbagai pujian mengalir untuk penemuan ini.
Namun pujian itu tidak lama, karena kosmonout dan timnya juga segera mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan penemuan mereka. Untuk mengatasi hambatan alat tulis di ruang angkasa, mereka menggunakan 1 alat sederhana, yaitu PENSIL.
Kita sering kali terpaku pada solusi, sampai melupakan akar permasalahan. Pada cerita singkat diatas, Astronot terpaku pada kondisi bahwa tinta tidak bisa keluar dari pena karena tidak adanya grafitasi. Mereka lupa, bahwa akar permasalahan sesungguhnya adalah mereka tidak bisa menulis di antariksa. Pena, adalah salah satu solusi alat tulis, dan bukan satu-satunya solusi. Hal ini bisa ditangkap dengan baik oleh tim Kosmonout.
Ada banyak jalan menuju Roma. Kita bisa dengan bebas memilih jalan yang akan kita lewati untuk sampai ke Roma. Ketika kita menemukan hambatan di salah satu jalan, jangan lupa, bahwa tujuan utama adalah Roma. Jika kita terlalu fokus untuk mengatasi hambatan di salah satu jalan tersebut, kita akan semakin lama sampai di Roma. Jalan mana yang kita pilih bukan masalah, asal kita tetap sampai di tujuan, yaitu Roma.
Sampai jumpa di ROMA
0 komentar:
Posting Komentar